Tampilkan postingan dengan label pariaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pariaman. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 April 2010

TABUIK PARIAMAN



Piaman terkenal dengan Budaya Tabuik, selain itu kami juga memperkenalkan segala sesuatu yang istimewa di Piaman ini. Masih belum banyak orang tahu akan Piaman ini selama ini... dan besar harapan kami lewat blog inilah semoga Piaman dikenal di mata dunia,amin.......

Sejarah Tabuik
Tabuik adalah sebuah benda berbentuk beranda bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, rotan dan bambu. Berat Tabuik kira-kira sekitar 500 kilogram dengan ketinggian 15 meter. Bagian bawah Tabuik berbentuk badan seekor kuda besar bersayap lebar dan berkepala “wanita” cantik berjilbab. Kuda gemuk itu dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas.

Kuda tersebut merupakan simbol kendaraan Bouraq yang dalam cerita zaman dulu adalah kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat. Pada bagian tengah Tabuik berbentuk gapura petak yang ukurannya makin ke atas makin besar dengan dibalut kain beludru dan kertas hias aneka warna yang ditempelkan dengan motif ukiran khas Minangkabau.

Di bagian bawah dan atas gapura ditancapkan “bungo salapan” (delapan bunga) berbentuk payung dengan dasar kertas warna bermotif ukiran atau batik. Pada bagian puncak Tabuik berbentuk payung besar dibalut kain beludru dan kertas hias yang juga bermotif ukiran. Di atas payung ditancapkan patung burung merpati putih.

Di kaki Tabuik terdapat empat kayu balok bersilang dengan panjang masing-masing balok sekitar 10 meter. Balok-balok itu digunakan untuk menggotong dan “menghoyak” Tabuik yang dilakukan sekitar 50 orang dewasa.

Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang. Tabuik dibuat di rumah Tabuik secara bersama-sama dengan melibatkan para ahli budaya dengan biaya mencapai puluhan juta rupiah untuk satu Tabuik.

Setelah Tabuik siap maka pada hari puncak digotong dan diarak di jalan-jalan utama dengan diiringi dentuman alat musik tambur dan atraksi musik gandang tasa yang disaksikan hingga ratusan ribu massa yang memadati tepi jalan di Kota Pariaman. Dua tabuik kemudian bertemu di Pantai Gandoriah Pariaman, lalu kembali dihoyak disaksikan ratusan ribu massa.

Menjelang matahari terbenan, dua tabuik dibuang ke laut.Dalam sejarah orang Pariaman, Tabuik pertama kali diperkenalkan anggota pasukan Islam “Thamil” yang menjadi bagian pasukan Inggris saat penjajah Provinsi Bengkulu tahun 1826 di bawah pimpinan Jendral Thomas Stamfort Raffles. Saat itu setiap menyambut tahun baru, pasukan Thamil menggelar pesta Tabuik yang di Bengkulu bernama “Tabot”. Setelah perjanjian London 17 Maret 1829, antara pemerintah Inggris dan Belanda keluar keputusan Inggris harus meninggalkan Bengkulu dan menerima daerah jajahan Belanda di Singapura. Sebaliknya Belanda berhak atas daerah-daerah jajahan Inggris di Indonesia termasuk Bengkulu dan wilayah Sumatera lainnya. Berkaitan dengan perjanjian itu, serdadu Inggris angkat kaki dari Bengkulu, namun pasukan “Thamil” memilih bertahan dan melarikan diri ke Pariaman, Sumatera Barat yang saat itu terkenal sebagai daerah pelabuhan yang ramai di pesisir barat pulau Sumatera.

Karena pasukan Thamil mayoritas muslim, mereka dapat diterima masyarakat Pariaman yang saat itu juga tengah dimasuki ajaran Islam. Terjadilah pembauran dan persatuan termasuk dalam bidang sosial-budaya. Salah satu pembauran budaya ditunjukkan dengan diperkenalkannya tradisi budaya Tabuik oleh pasukan Thamil kepada warga Pariaman dan diterima dengan baik yang akhirnya menjadi tradisi budaya dan tidak terpisahkan dari kehidupan warga Pariaman hingga saat ini. Makna pesta Tabuik dimaksudkan untuk memperingati kematian dua orang cucu Nabi Muhammad SAW, yakni Hasan dan Hosen yang memimpin pasukan kaum muslim saat bertempur melawan kaum Bani Umayah dari Syria pimpinan Raja Yazid dalam perang Karbala di Mekkah.

Dalam pertempuran, Hosen wafat secara tidak wajar dan berkat kebesaran Allah SWT, jenazah Hosen tiba-tiba diusung ke langit menggunakan kendaraan “Bouraq” dengan peti jenazah yang disebut Tabot. Kendaraan Bouraq yang disimbolkan dengan wujud kuda gemuk berkepala wanita cantik menjadi bagian utama bangunan Tabuik yang diarak sepanjang Kota Pariaman dalam pesta Tabuik setiap memasuki tahun baru Islam hingga saat ini.

Pesta Tabuik diadakan setiap tanggal 1 sampai 10 Muharram (Kalender Islam), dimulai di Pasar Pariaman dan diarak ke Pantai Gandoriah Pariaman di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia.

Nasi SEK Pantai Gandoriah... Khas Pariaman

eits.. jangan aneh dulu denger namanya.. SEK juga SEXY, bikin kenyang.. mmm yummy..

Wisatawan yang datang ke Kota Pariaman kerap menanyakan keberadaan nasi sek yang banyak dijual para pedagang makanan di sekitar objek wisata Kota Pariaman. Hal itu bisa jadi didorong rasa penasaran mereka terhadap istilah nasi sek, yang ada di Kota Pariaman.

Ya, keberadaan nasi sek yang banyak dijual pedagang di sekitar objek wisata Pantai Pariaman, memang menjadi fenomena tersendiri di tengah hiruk-pikuk aktivitas kepariwisataan di Pantai Pariaman. Biasanya, dari rasa penasaran itulah akhirnya banyak di antara pengunjung yang langsung memburu hidangan khas Kota Pariaman itu. Terlebih bagi mereka yang suka memanjakan seleranya akan semakin penasaran untuk mengetahui cita rasa hidanagn khas yang disajikan secara unik tersebut.

Berbeda dengan hidangan rumah makan pada umumnya, nasi sek sendiri umumnya disajikan dalam wadah lengkap dengan nasinya yang terbungkus dengan daun. Memang itulah salah satu ciri khas dari nasik sek, yang biasanya dilengkapi dengan aneka lauk pauk, mulai dari ikan bakar, ikan gulai, goreng cumi-cumi, serta tidak ketinggalan pula sala lauak yang menjadi ikon makanan tradisional Kota Pariaman.

Atau bagi Anda yang sudah tidak sabaran ingin mencoba, bisa diawali dengan dengan kudapan sala ikan, yang disajikan tersendiri. Memang itulah uniknya hidangan nasi sek Pariaman. Awalnya, istilah nasi "sek" bermakna ”seratus kenyang”. Waktu itu, nasi yang lengkap dengan lauk-pauknya itu harganya hanya seratus rupiah. Murah memang. Namun seiring perkembangan zaman dan naiknya harga kebutuhan harga nasi ini memang tak mungkin lagi seratus rupiah. Meski begitu, nama nasi sek masih tetap menjadi istilah sampai sekarang. Namun tetap murah meriah bila dibanding hidangan restoran atau rumah makan pada umumnya.

Khusus untuk Kota Pariaman, kita akan menemukan para pedagang nasi sek di sekitar Pantai Pariaman. Jumlahnya mencapai puluhan. Tinggal pilih mana yang paling menerbitkan selera, karena umumnya, antara satu dengan lainnya, nyaris tidak jauh berbeda.

Selain bisa menikmati hidangan nasi sek, para pengunjung biasanya juga jarang melewatkan aneka jus yang disediakan pedagang sebagai pelengkap dan melepas dahaga, yaitu minuman es kelapa muda. Ya, bagi pengunjung yang datang ke Pantai Pariaman, biasanya akan dengan mudah menikmati minuman jus kelapa muda, tinggal tunjuk, atau pesan langsung, Biasanya tidak lama kemudian pelayan akan langsung mengantarkan pesananan anda.

Setiap nasi sek yang dijual pedagang bercirikan nasi yang terbungkus dengan daun. Hal ini sudah berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi. Bahkan, tidak hanya sekadar pelengkap, nasi terbungkus daun pisang yang disajikan pedagang nasi sek itu juga bisa menambah aroma nasi yang disajikan. Di sisi lain fenomena nasi sek yang dijual pedagang di sekitar Pantai Pariaman, memang mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung untuk berwisata ke Pantai Pariaman.

Tidak hanya pasirnya yang landai, keramahtamahan penduduknya seolah mampu menjadi magnet yang kuat untuk mengundang kehadiran wisatawan ke daerah ini. Belum lagi, puluhan pedagang yang menjual berbagai makanan khas Pariaman, mulai dari sala lauak, sala ikan, udang bakar dan aneka gorengan serta minuman lainnya, juga mampu memberikan menu tersendiri bagi para pecinta kuliner yang berkunjung ke tempat ini.

Tidak diragukan lagi, bila berkunjung ke Pantai Pariaman, memang rasanya tidak lengkap bila belum menikmati berbagai makanan khas yang banyak di jual pedagang di kawasan ini. Soal harga, Anda tidak perlu terlalu pusing, karena harga yang ditawarkan juga terbilang tidak terlalu mahal.